Bakteriadalah mikroorganisme unicelluler prokaryotik tergolong dalam kingdom monera yang umumnya tidak berklorofil , Bakteri seperti sel tumbuhan mempunyai dinding sel namun komposisi dinding selnya dari bahan Peptidoglikan.. Bakteri bersifat kosmopolitan artinya mudah dijumpai dimana mana dan kwantitasnya juga paling banyak dan tersebar luas hampir di semua tempat . di makanan , di udara BerdasarkanCara Memperoleh Makanannya . Biologi Kelas X 76 hidup yang ditumpanginya karena dapat menimbulkan penyakit. Contoh penyakit yang disebabkan oleh bakteri ini, antara lain, kolera disebabkan oleh bakteri Vibrio cholerae, TBC disebabkan oleh bakteri Mycobac- terium tuberculosis, disentri disebabkan oleh bakteri Shigella dysenterriae Zatzat penting masuk ke dalam dan keluar melalui membran sel bakteri. Selain mendapatkan makanan dari lingkungan, bakteri juga mampu menguraikan makanan. Berbagai jenis bakteri memperoleh makanan mereka dengan berbagai cara yang berbeda. Berikut adalah beberapa cara bakteri mendapatkan makanan sebagai sumber energi: 1. cash. Kandungan bioaktif Cyanobacteria meliputi fikosianin, karotenoid, asam linolenat, serat, protein, dan fitosterol. Pengolahan dan penggunaan ganggang biru hijau ini semakin berkembang pesat, salah satu hasilnya yaitu suplemen herbal spirulina. Sel spirulina memiliki nilai gizi dan daya cerna yang tinggi karena kaya akan serat dan kandungan protein, serta sebagai sumber antioksidan, koenzim, dan vitamin. Lebih jauh, Cyanobacteria juga berkhasiat untuk mencegah beberapa risiko penyakit, seperti penyakit kardiovaskular, penyakit perlemakan hati nonalkoholik, membantu menurunkan tekanan darah tinggi, dan mengurangi plasma trigliserida. Meski begitu, Anda perlu berhati-hati dengan kelompok bakteri ini. Mengutip dari situs US Environmental Protection Agency, sianobakteria dapat bersifat toksik beracun dan menimbulkan masalah kesehatan pada manusia. Bahaya Cyanobacteria untuk kesehatan Pada dasarnya, sebagian besar spesies alga atau ganggang tidak berbahaya. Namun, sianobakteri yang berkembang dalam jumlah banyak, atau disebut juga Cyanobacteria bloom, merupakan pencemaran lingkungan yang bisa membahayakan kesehatan. Menurut situs Center for Disease Control and Prevention, Cyanobacteria bloom di sebuah kawasan di Amerika justru bersifat toksik Cyanotoxin dan mulai mengaliri perairan di tempat wisata, bahkan air keran di kawasan permukiman. Ketika air keran terkontaminasi, paparan racun dari ganggang biru hijau ini dapat terjadi melalui aktivitas sehari-hari, seperti penggunaan air untuk kebutuhan rumah tangga. Cyanotoxin mengandung beberapa racun seperti mikrosistin, nodularin, silindrospermopsin, anatoxin-a, anatoin-a, lyngbyatoxin, dan saxitoxins. Kontaminasi Cyanotoxin dapat mengakibatkan beberapa masalah kesehatan seperti berikut. 1. Gangguan pencernaan Pertumbuhan Cyanobacteria yang meluas dapat meningkatkan konsentrasi mikrosistin bakteri ini. Bila mikrosistin yang tertelan melebihi batas toleransi tubuh terhadap racun, Anda berisiko mengalami masalah pencernaan yang meliputi mual, muntah, diare, nyeri perut, dan peningkatan enzim hati. Selain sistem pencernaan, efek mengonsumsi ganggang ini bisa berupa pusing, lemas, hingga kerusakan hati. 2. Masalah pernapasan Pengolahan Cyanobacteria menjadi bahan pangan maupun obat dan suplemen juga menghasilkan aerosol toksik. Jika menghirup aerosol beracun yang mencemari udara ini, Anda berisiko mengalami masalah kesehatan seperti rinitis, sakit tenggorokan, bronkospasme penyempitan saluran napas, dan pneumonia. Udara yang mengandung aerosol Cyanotoxin bisa terhirup ketika Anda tidak menggunakan alat pelindung diri dengan tepat. 3. Masalah pada kulit Anda bisa terpapar air yang terkontaminasi Cyanotoxin saat Anda beraktivitas atau berenang. Paparan ini dapat meningkatkan risiko berbagai masalah kulit, seperti sensasi terbakar di kulit, dermatitis, dan muncul ruam di area bibir seperti melepuh. Ciri-ciri perairan yang terkontaminasi adalah munculnya banyak ganggang sehingga air berubah warna menjadi kehijauan, hijau kebiruan, atau hijau kecokelatan. Tahukah Anda? Perkembangbiakan Cyanobacteria yang masif di perairan termasuk proses pencemaran air yang terjadi secara alami. 4. Gangguan pada mata Aerosol Cyanotoxin yang terkena mata juga dapat mengakibatkan masalah seperti konjungtivitis, lakrimasi, mata bengkak, dan fotofobia. Jangan tunda untuk mendatangi fasilitas layanan kesehatan terdekat bila Anda mengalami masalah pada akibat paparan Cyanotoxin. Cara mengatasi bahaya Cyanobacteria Penanganan yang diberikan pada seseorang yang terpapar Cyanobacteria biasanya berupa perawatan untuk mengurangi gejala. Meski begitu, perawatan yang dijalani bisa bersifat pengobatan di rumah maupun penanganan medis, bergantung seberapa parah gejala yang dialami. Di bawah ini beberapa cara mengatasi efek yang ditimbulkan oleh paparan Cyanotoxin yang terangkum dalam situs CDC. Hentikan paparan dengan menghindari makanan, air, atau area yang terkontaminasi. Pastikan mencukupi kebutuhan cairan dan elektrolit tubuh. Arang aktif diyakini dapat membantu pengobatan jika dikonsumsi 1 – 2 jam setelah menelan racun selama tidak ada kontraindikasi atau efek berat. Segera basuh kulit yang terpapar dengan sabun dan air mengalir. Penggunaan antihistamin dan krim steroid mungkin dapat dipertimbangan dan harus dalam pengawasan tenaga medis. Segera bawa ke IGD rumah sakit atau puskesmas terdekat bila mata Anda terpapar Cyanotoxin atau mengalami efek samping serius lainnya. Untuk mencegah bahayanya, hindari minum air dari sumber yang Anda curigai terpapar ganggang biru hijau ini. Jauhi area yang ditumbuhi banyak Cyanobacteria atau warna air yang hijau dan kecokelatan saat Anda berenang maupun melakukan aktivitas lainnya. Salah satu ciri-ciri makhluk hidup adalah makan. Meskipun bakteri hanya tersusun atas satu sel atau uniseluler, bakteri juga digolongkan makhluk hidup sehingga bakteri juga perlu makanan. Untuk dapat bertahan hidup, bakteri memerlukan nutrisi atau sumber energi yang tepat. Semua sel bakteri membutuhkan sumber karbon, nitrogen, belerang, fosfor, garam-garam anorganik misalnya kalium, magnesium, natrium, kalsium dan besi serta sejumlah mikronutrien antara lain seng, tembaga, mangan, selenium, tungsten dan molibdenium dalam jumlah sedikit. Terdapat dua jenis sumber karbon bagi bakteri, yaitu karbon yang berasal dari komponen organik dan dari komponen anorganik. Berdasarkan cara mendapatkan makanan sumber karbon, bakteri diklasifikasikan menjadi dua jenis yaitu bakteri heterotrof dan bakteri autotrof. Untuk memahami pengertian serta contoh dari kedua macam bakteri tersebut, simak penjalasan berikut ini. 1 Bakteri Heterotrof Bakteri heterotrof memerlukan karbon yang berasal dari komponen organik, bakteri jenis ini tidak dapat membuat senyawa organik dari substansi anorganik sederhana, jadi selalu hidup dengan memperoleh makanan dari organisme lain. Bakteri heterotrof umumnya tidak berklorofil dan tidak dapat menghasilkan makananya sendiri. Bakteri heterotrof dibedakan lagi menjadi 4 golongan, yaitu bakteri parasit, bakteri saprofit, bakteri patogen, dan bakteri apatogen. A. Bakteri Parasit Adalah bakteri yang memperoleh makanan langsung dari organisme lain atau dengan kata lain, kebutuhan makanannya diperoleh dari tubuh mahluk hidup lain yang ditumpanginya. Bakteri parasit dapat ditemukan pada tubuh manusia, hewan maupun tumbuhan. Bakteri parasit ini dibedakan menjadi empat jenis, yaitu 1 Bakteri parasit fakultatif, artinya dapat hidup sebagai parasit atau bisa juga sebagai saprofit. 2 Bakteri parasit obligat, artinya hanya mutlak hidup sebagai parasit. 3 Bakteri patogen, artinya menimbulkan penyakit pada organisme yang ditumpanginya. 4 Bakteri apatogen, artinya tidak menimbulkan penyakit pada organisme yang ditumpanginya. Contohnya bakteri heterotrof parasit antara lain Spirochaetaceae parasit usus moluska, Treponemataceae parasit pada vertebrata, Borrelia recurrentis, Borrelia burgdorferi dan Borrelia novyi. B. Bakteri Saprofit Bakteri saprofit atau saproba adalah bakteri yang kebutuhan makanannya diperoleh dari sisa-sisa mahluk mati melalui proses perombakan bahan organik menjadi anorganik melalui fermentasi dan respirasi. Proses perombakan bahan organik yang mereka lakukan akan menghasilkan gas-gas seperti CO2, CH4, H2S, H2, N2, dan NH3 serta energi dan mineral-mineral. Contoh bakteri heterotrof ini antara lain Metanobacterium omelianski, Thibacillus denitrificans, Escherichia coli, Clostridium sporageus, Desulfovirio desulfuricans dan Methanobacterium ruminatum. C. Bakteri Patogen Adalah bakteri parasit yang selain menyerap makanan, ia juga menyebabkan timbulnya penyakit pada tubuh inangnya. Contoh bakteri ini antara lainMycobacterium leprae, Salmonella thyphosa, Clostrididum tetani, Yersina pestis, Vibrio comma, Mycobacterium tuberculosis, Treponema pallidum, Corynebacterium diphtheriae, Pseudomonas cattelaye, Neisseria meningitidis dan sebagainya. D. Bakteri Apatogen Adalah bakteri parasit hanya menyerap makanan tapi tidak menyebabkan timbulnya penyakit pada inangnya. Contoh bakteri ini antara lain Escherichia coli yang hidup di usus besar manusia dan bakteri Streptomyces griseus yang berperan dalam pembuatan antibiotik streptomisin. 2 Bakteri Autotrof Bakteri autotrof dapat menggunakan karbon anorganik atau karbon dioksida bebas CO2 sebagai sumber karbon, bakteri jenis ini dapat membuat senyawa organik dari zat-zat anorganik, jadi dapat menyusun makanannya sendiri. Berdasarkan sumber energi yang dipergunakan untuk mensintesis senyawa organik, bakteri autotrof dibedakan menjadi 2 bakteri fotoautotrof dan bakteri kemoautotrof. A. Bakteri fotoautotrof Adalah bakteri yang membuat makanannya dengan bantuan energi yang berasal dari cahaya matahari. Bakteri ini adalah bakteri yang mengandung zat warna hijau sehingga dapat melakukan fotosintesis, seperti tumbuhan hijau. Bakteri fotoautotrof sering disebut juga bakteri fotosintetik. Contoh bakteri fotoautotrof adalah Bakteri hijau yang memiliki pigmen hijau yang dinamakan bakterioviridin atau bakterioklorofil dan Bakteri ungu yang memiliki pigmen ungu, merah atau kuning disebut bakteriopurpurin. B. Bakteri Kemoautotrof Adalah bakteri yang membuat makanannya dengan bantuan energi yang berasal dari reaksi-reaksi kimia, misalnya, proses oksidasi senyawa tertentu seperti senyawa nitrogen, belerang, besi atau gas hidrogen. Dalam Proses oksidasi ini, bakteri membutuhkan oksigen aerob. Contoh bakteri kemoautotrof antara lain bakteri nitrit yang mengoksidkan NH3 atau lebih dikenal sebagai bakteri nitrifikasi ex. Nitrosomonas, Nitrosococcus, danNitrobacter, bakteri nitrat yang mengoksidkan HNO2, bakteri belerang yang mengoksidkan senyawa belerang, bakteri Nitrospira dan bakteriNitrosocystis. Demikianlah artikel tentang klasifikasi atau pengelompokkan bakteri berdasarkan cara mendapatkan makanan atau nutrisi lengkap beserta contohnya. Semoga dapat bermanfaat untuk Anda. Terimakasih atas kunjungannya dan sampai jumpa di artikel berikutnya. A. BAKTERI AUTOTROF DAN BAKTERI HETEROTROF Berdasarkan cara memperoleh makanan, bakteri dibedakan menjadi dua yaitu, bakteri autotrof dan bakteri heterotrof. Bakteri Autotrof Bakteri autotrof auto=sendiri, trophein = makanan adalah bakteri yang dapat membuat makanan sendiri dari senyawa anorganik. Untuk membuat makanannya, bakteri memerlukan energi. Berdasarkan asal sumber energi yang digunakan untuk menyusun makanan, bakteri dibedakan menjadi dua, yaitu bakteri fotoautotrof dan bakteri kemoautotrof. I. Bakteri fotoautotrof Bakteri fotoautotrof foton = cahaya, auto = sendiri, trophein = makanan, adalah bakteri yang dapat membuat makanannya sendiri menggunakan energi yang berasal dari cahaya matahari atau melalui proses fotosintesis. Bakteri fotoautotrof memiliki pigmen-pigmen fotosintetik, antara lain pigmen hijau yang disebut bakterioklorofil bakterioviridin, pigmen ungu bakteriorpurpurin, pigmen kuning karoten, dan pigmen merah yang disebut bakteriorhodopsin. Contoh bakteri fotoautotrof antara lain Rhodopseudomonas dan Rhodospirillum berwarna kemerahan dan tidak menghasilkan belerang, Thiocystis dan Thiospirillum berwarna ungu kemerahan dan menghasilkan belerang, serta Chlorobium berwarna hijau, berfotosintesis jika ada hidrogen sulfida, dan menghasilkan belerang. II. Bakteri kemoautotrof Bakteri kemoautotrof chemo = kimia, auto = sendiri, trophein = makanan adalah bakteri yang dapat membuat makanannya sendiri menggunakan energi kimia. Energi kimia berasal dari reaksi oksidasi senyawa anorganik, misalnya amonia NH3, nitrit HNO2, belerang S, dan FeCO3. Contoh bakteri kemoautotrof, antara lain Thiobacillus ferrooxidans, Cladothrix dan Leptothrix ochracea mengoksidasi ion besi, Nitrosomonas dan Nitrosococcus mengoksidasi amonia, Nitrobacter mengoksidasi nitrit, Methanomonas mengoksidasi metana, Hydrogenomonas mengoksidasi gas hidrogen, serta Thiobacillus thiooxidans mengoksidasi belerang. Beberapa reaksi kimia yang dilakukan bakteri kemoaotutrof adalah sebagai berikut. Bakteri yang mengoksidasi amonia Nitrosomonas dan Nitrosococcus dan nitrit Nitrobacter disebut bakteri nitrifikasi. Selain bakteri yang telah disebutkan diatas, ada lagi satu golongan bakteri yang termasuk bakteri kemoautotrof, yaitu golongan bakteri denitrifikasi. Bakteri denitrifikasi adalah bakteri yang mereduksi senyawa nitrat menjadi nitrit dan nitrit menjadi amonia. Senyawa nitrit dan amonia merupakan racun bagi tanaman. Proses denitrifikasi dapat terjadi jika sirkulasi udara di dalam tanah kurang lancar. Golongan bakteri denitrifikasi, antara lain dari genus Pseudomonas, Micrococcus, Beggiatoa, dan Bacillus. Bakteri heterotrof Bakteri heterotrof hetero = yang lain, trophein = makanan adalah bakteri yang mendapatkan makanan berupa senyawa organik dari senyawa lainnya. Bakteri heterotrop dapat hidup secara saproba pengurai, parasit, dan simbiosis mutualisme. a. Bakteri saproba pengurai. Bakteri saproba adalah bakteri yang memperoleh makanan dengan cara menguraikan organisme yang sudah mati atau bahan organik lainnya. Bakteri saproba merupakan organisme pengurai dekomposer bangkai, tumbuhan yang sudah mati, dan sampah. Bakteri saproba ada yang menguntungkan dan ada pula yang merugikan bagi manusia. Contoh bakteri saproba antara lain Escherichia coli pengurai sisa-sisa makanan di usus besar, Cellvibrio dan Cellfacicula pengurai selulosa di dalam tanah, Alcaligenes saproba di dalam usus besar vertebrata dan dapat menyebabkan kekentalan serta dapat menimbulkan benang-benang pada susu, Beggiatoa alba banyak terdapat pada tanah yang tergenang air, Clostridium botulimun saproba pada makanan yang basi atau makanan kaleng dan menhasilkan racun, Loucothrix saproba di air laut yang mengandung sisa-sisa zat organik dari ganggang, Aerobacter aerogenes saproba pada usus besar vertebrata, dan Lactobacillus casei digunakan pada pembuatan keju. b. Bakteri parasit. Bakteri parasit adalah bakteri yang mendapatkan makanan dari tubuh organisme lain yang ditumpanginya. bakteri parsit pada umumnya bersifat patogen menimbulkan penyakit bagi tubuh inang. beberapa bakteri parasit bersifat oportunis, artinya bakteri tersebut hidup di dalam tubuh inang dan dapat menyebabkan penyakit ketika sistem pertahan tubuh inang melemah akibat berbagai faktor. Contoh bakteri parasit, antara lain Corynebacteriium diphtheriae menyebabkan penyakit difteri, Bordetella pertussis penyebab batuk rejan, Francisella tularensis menyebabkan penyakit tularemia pada hewan dan dapat menular pada manusia, Mycobacterium leprae penyebab penyakit lepra, Mycobacterium tuberculosis penyebab TBC, Mycobacterium bovis parasit pada lembu, Chlamydia trachomatis penyebab kebutaan, dan Mycobacterium avium parasit pada unggas. c. Bakteri yang bersimbiosis mutualisme. Bakteri yang bersimbiosis mutualisme adalah bakteri yang mendapatkan makanan dari organisme lain, tetapi mampu memberikan keuntungan bagi organisme pasanagan simbiosisnya. Contoh bakteri yang bersimbiosis mutualisme adalah Rhizobium leguminosarum yang hidup pada akar tanaman kacang-kacangan Leguminosae. Bakteri Rhizobium berada di dalam tanah, kemudian masuk ke dalam rambut akar tanaman polong-polongan, dan menyebabkan jaringan akar tanaman tumbuh membentuk nodul bintil-bintil seperti kutil. Bakteri ini memperoleh makanan dari sel-sel akar dan mampu mengikat nitrogen bebas di udara untuk memenuhi kebutuhan hidup tumbuhan inang. Bakteri Escherichia coli yang hidup di usu besar manusia bisa dikatakan sebagai simbiosis mutualisme karena bakteri tersebut memperoleh makanan dari sisa-sisa pencernaan, sedangkan manusia memperoleh keuntungan karena bakteri membantu penguraian sisa-sisa makanan dan menghasilkan vitamin K. B. Bakteri Aerob dan Anaerob. Agar dapat menghasilkan energi, bakteri perlu merombak makanannya melalui proses respirasi secara aerobik atau secara anaerobik. Berdasarkan kebutuhannya terhadap oksigen, bakteri dapat dibedakan menjadi tiga golongan, yaitu bakteri aerob, bakteri anaerob fakultatif, dan bakteri anaerob obligat. Bakteri Aerob Bakteri aerob adalah bakteri yang membutuhkan oksigen untuk hidupnya. Jika tidak ada oksigen, bakteri aerob akan mati. Bakteri aerob menggunakan glukosa atau zat organik lainnya misalnya etanol untuk dioksidasi menjadi CO2 karbon dioksida, H2O air, dan sejumlah energi. Bakteri aerob antara lain Nitrosomonas, Nitrosococcus, Nitrobacter, Methanomonas pengoksidasi metan, Hydrogenomonas, Thiobacillus thiooxidans, dan Nocardia asteroides penyebab penyakit paru-paru. Reaksi yang terjadi 2. Bakteri Anaerob Fakultatif. Bakteri anaerob fakultatif adalah bakteri yang dapat hidup dengan baik jika ada oksigen maupun tidak ada oksigen. Contoh bakteri anerob fakultatif, antara lain Escherichia coli, Streptococcus, Alcaligenes, Lactobacillus, dan Aerobacter aerogenes. 3. Bakteri Anaerob Obligat. Bakteri anaerob obligat adalah yang tidak membutuhkan oksigen dalam hidupnya. Jika ada oksigen bakteri anaerob obligat akan mati. Contoh bakteri anaerob obligat, antara lain Clostridium tetani menyebabkan kejang otot, Bacteroides fragilis menyebabkan abses atau tumpukan nanah di usus, Peptostreptococcus menyebabkab abses otak dan abses saluran kelamin wanita, Prevotella melaninogenica menyebabkan abses padar rongga mulut dan faring, dan Methanobacterium menghasilkan gas metana. V. Pertahanan Bakteri pada Lingkungan yang Buruk. Beberapa bakteri dapat bertahan hidup meskipun kondisi lingkungan kurang menguntungkan, yaitu dengan membentuk endospora di dalam sel. Endospora merupakan bentuk bakteri yang tidak aktif istirahat. Bentuk endospora ada yang bulat dan ada yang bulat-panjang. Ukuran endospora ada yang lebih kecil atau lebih besar dari diameter sel nya. Endospora bersifat sedikit impermeabel, sehingga lebih tahan terhadap disinfektan, kekringan, sinar, suhu panas, dan suhu dingin. Jika kondisi lingkungan membaik, endospora akan berkecambah menjadi sel vegetatif baru. Endospora juga dapat terbentuk jika terjadi penumpukan sisa-sisa proses metabolisme hasil ekskresi bakteri yang mengganggu di sekitar sel. Bakteri yang dapat membentuk endospora sebagian besar adalah golongan bakteri Gram positif. Contoh bakteri yang dapat membentuk endospora, antara lain Bacillus thuringiensis patogen pada serangga, Clostridium perfringens menyebabkan keracunan makanan, Clostridium botulinum, dan Clostridium tetani. VI. Reproduksi Bakteri. Bakteri dapat berproduksi secara vegetatif aseksual maupun generatif seksual. Reproduksi secara aseksual melalui pembelahan biner amitosis, sedangkan secara seksual dengan cara rekombinasi gen antarsel yang berbeda. A. Reproduksi Bakteri secara Aseksual Bakteri melakukan reproduksi secara aseksual dengan pembelahan biner, yaitu dari satu sel menjadi dua sel, dari dua sel menjadi empat sel, dari empat sel menjadi delapan sel, dan seterusnya. Pembelahan ini terjadi secara amitosis secara langsung, yaitu tidak melalui tahpa-tahap tertentu seperti pada pembelahan mitosis. Umumnya, bakteri mampu membelah sekitar 1-3 jam sekali. Sebagai contoh, Escherichia coli membelah setiap 20 menit sekali. Dalam waktu singkat, jumlah sel dalam koloni akan terus berlipat ganda dari suatu generasi ke generasi berikutnya. Namun, pertumbuhan koloni bakteri akan melambat pada titik tertentu, yaitu ketika kehabisan nutrisi atau terjadi penumpukan sisa-sisa metabolisme yang meracuni bakteri itu sendiri. B. reproduksi Bakteri secara Seksual Bakteri melakukan reproduksi secara seksual dengan cara rekombinasi gen. Rekombinasi gen adalah peristiwa bercampurnya sebagian materi gen DNA dari dua sel bakteri yang berbeda, sehingga terbentuk DNA rekombinan. Dalam rekombinasi gen, akan dihasilkan dua sel bakteri dengan materi genetik campuran dari kedua induknya. Rekombinasi gen dapat terjadi melalui konjugasi, transduksi dan transformasi. 1. Konjugasi Konjugasi adalah pemindahan materi gen dari suatu sel bakteri ke sel bakteri lain secara langsung melalui jembatan konjugasi. Mula-mula, kedua sel bakteri berdekatan, kemudian membentuk struktur seperti jembatan yang menghubungkan kedua sel tersebut. Transfer kromosom maupun transfer plasmid akan terjadi melalui jembatan konjugasi. Sel yang mengandung materi gen rekombinan kemudian memisah dan terbentuklah dua sel bakteri dengan sifat baru sifat rekombinan. Contoh bakteri yang mampu berkonjugasi, antara lain Salmonella typhi dan Pseudomonas sp. Transfer kromosom dapat pula terjadi melalui pilus seks, seperti yang terjadi pada Escherichia coli 2. Transduksi Transduksi adalah rekombinasi gen antara dua sel bakteri dengan diperantarai virus fag. Virus fag yang telah menginfeksi suatu bakteri pada daur litik maupun lisogenik akan mengandung partikel DNA bakteri. Jika virus fag tersebut menginfeksi bakteri lainnya, akan terjadi rekombinan gen pada bakteri-bakteri yang terinfeksi fag. Virus fag temperat virus yang dapat bereproduksi secar litik maupun lisogenik merupakan virus yang paling cocok untuk proses transduksi. 3. Transformasi Transformasi adalah rekombinasi gen yang terjadi melalui pengambilan langsung sebagian materi gen dari bakteri lain, yang dilakukan oleh suatu sel bakteri. Bakteri yang mampu melakukan transformasi secara alamiah, yaitu bakteri-bakteri yang dapat memproduksi enzim khusus, antara lain Rhizobium, Streptococcus, Neisseria, Pneumococcus, dan Bacillus. Dalam teknologi rekayasa gen, bakteri yang tidak dapat melakukan transformasi secara alamiah dapat dipaksa untuk menangkap dan memasukkan suatu plasmid rekombinan ke dalam selnya dengan cara memberikan kalsium klorida atau melalui sutu proses yang disebut kejut-panas. Klasifikasi Bakteri Klasifikasi bakteri dilakukan berdasarkan identifikasi terhadap persamaan dan perbedaan ciri sel tubuh, yang menunjukkan adanya hubungan filogenetik atau evolusioner. Bakteri diklasifikasikan menjadi dua kelompok besar kingdom, yaitu Arcahebacteria dan Eubacteria. A. Archaebacteria Archaebacteria adalah bakteri yang dinding selnya tidak mengandung peptidoglikan. Archaebacteria memiliki RNA dan protein penyusun ribosom yang sangat berbeda dengan bakteri pada umumnya, dan lebih mirip dengan RNA dan protein yang terdapat pada sel eukariot. Sebagian besar Archaebacteria hidup pada habitat yang ekstrem, misalnya di mata air panas, air laut yang terlalu asin, kawah, lumpur, dan gambut. Berdasarkan habitatnya yang ekstrem, Archaebacteria dibagi menjadi tiga kelompok, yaitu bakteri metanogen, bakteri halofil, dan bakteri termofil. Bakteri Metanogen Bakteri metanogen adalah bakteri yang menghasilkan metana CH4 dengan cara mereduksi CO2 dengan H2. Bakteri metanogen termasuk bakteri anaerob yang paling tidak toleran terhadap oksigen, atau akan teracuni jika ada oksigen. Sebagian besar bakteri ini hidup di lumpur atau di rawa-rawa yang miskin oksigen. Gas metana yang dihasilkan keluar sebagai gelembung-gelembung yang disebut gas rawa. Selain itu, ada pula yang hidup di dalam saluran pencernaan hewan pencerna selulosa, misalnya pada sapi, kambing, dan rayap. Spesies bakteri metanogen saat ini dikomersialkan sebagai strain bakteri dalam pembuatan biogas dari bahan sampah dan kotoran hewan. Contoh bakteri metanogen, antara lain Methanomonas dan Methanobacterium. 2. Bakteri Halofil Bakteri halofil Yunani, halo =garam, philos = pencinta adalah bakteri yang hidup di lingkungan dengan kadar garam tinggi. Kondisi optimum untuk pertumbuhan bakteri ini berkadar garam sekitar 20%, tetapi ada pula yang hidup pada lingkungan dengan kadar sepuluh kali keasinan air laut. Contoh bakteri halofil, antara lain Halobacterium. 3. Bakteri Termofil atau Termoasidofil Bakteri termofil adalah bakteri yang hidup pada lingkungan bersuhu panas. lingkungan yang bersuhu panas cenderung bersifat asam karena mengandung sulfur. Bakteri yang hidup dilingkungan bersuhu panas dan asam disebut bakteri termoasidofil. Kondisi optimum untuk pertumbuhan bakteri ini sekitar 60-800C dengan pH sekitar 2 – 4. Contoh bakteri termofil atau termoasidofil, antara lain Sulfolobus, Thermus aquaticus, Bacillus caldolytus, dan Bacillus caldotenax. Sulfolobus hidup di mata air panas sulfur di Yellowstone National Park. Bakteri Sulfolobus memperoleh energi dengan cara mengoksidasi sulfur. James Lake dari University of California, Los Angeles, mengajukan hipotesis bahwa organisme eukariot organisme bermembran inti berasal dari prokariot termofil yang disebut eosit eocyte, yang berarti ” sel-sel permulaan”. B. Eubacteria Eubacteria adalah bakteri yang memiliki dinding sel yang mengandung peptidoglikan. Eubacteria meliputi sebagian besar jenis bakteri yang dapat hidup di manapun kosmopolit , baik saproba, parasit, maupun bakteri yang melakukan simbiosis mutualisme. Terdapat ribuan spesies Eubacteria yang sudah diketahui. Eubacteria dapat diklasifikasikan berdasarkan perbandingan signature sequence urutan basa khas pada RNA ribosom. Berdasarkan perbedaan urutan basa khas pada RNA ribosom tersebut, eubacteria dibagi menjadi lima kelompok utama yaitu Proteobacteria, bakteri Gram positif, Cyanobacteria, Spirochaeta, dan Chlamydia. Proteobacteria Protobacteria merupakan kelompok Eubacteria yang beragam, dan dapat dibedakan lagi menjadi tiga subkelompok , yaitu sebagai berikut. a. Bakteri ungu Bakteri ungu memiliki bakterioklorofil yang tersimpan dalam membran plasma sel, sehingga dapat melakukan fotosintesis. Bakteri ini tidak menghasilkan oksigen karena tidak menggunakan air H2O sebagai agen pereduksi donor elektron dalam proses fotosintesis tetapi menggunakan zat selain air, misalnya H2S. Bakteri ungu ada yang hidup secara fotoautotrof, yaitu berfotosintesis menggunakan cahaya untuk menyintesis senyawa organik, dengan sumber karbon dalam bentuk senyawa anorganik CO2. Namun, ada pula yang hidup dengan cara fotoheterotrof, yaitu menggunakan cahaya untuk berfotosintesis, dengan sumber karbon dalam bentuk senyawa organik. Bakteri ungu sebagian besar bersifat anaerob obligat tidak membutuhkan oksigen dan hidup di lumpur, kolam, atau danau. Bakteri ini ada juga yang memiliki flagel, seperti Chromatium. b. Proteobacteria kemoautotrof Protobacteria kemoautotrof dapat menyintesis makanannya sendiri menggunakan energi kimia. Ada yang hidup bebas, dan ada pula yang hidup bersimbiosis dengan organisme lain misalnya, dalam bintil akar tanaman kacang-kacangan. Contohnya, Rhizobium leguminosarum yang dapat mengikat N2 bebas. c. Proteobacteria kemoheterotrof Protobacteria kemoheterotrof membutuhkan zat organik sebagai sumber karbon dan energi. Sebagian besar proteobacteria kemoheterotrof hidup di saluran usus hewan, bersifat anaerob fakultatif dapat hidup dengan oksigen maupun tidak, berbentuk batang, dan tidak berbahaya. Namun, ada pula yang bersifat patogen menyebabkan penyakit, seperti Salmonella sp. dan Escherichia coli. 2. Bakteri Gram positif Bkateri Gram positif umumnya bersifat kemohetertrof, tetapi beberapa hidup secara fotoautotrof. Bakteri Gram positif dapat membentuk endospora yang resisten, contohnya Bacillus sp. dan Clostridium sp. Namun, ada pula yang tidak membentuk endospora, misalnya Mycoplasma sp. yang hidup di anah dan menyebabkan penyakit paru-paru ” walking pneumonia” pada manusia. Mycoplasma sp. merupakan bakteri Gram positif yang memiliki keanehan karena telah berevolusi menjadi Bakteri Gram negatif. Bkateri Gram positif lainnya adalah kelompok Actinomycetes yang memiliki koloni bercabang menyerupai jamur dan hidup di tanah, contohnya Streptomyces sp. penghasil antibiotik. 3. Cyanobacteria Cyanobacteria memiliki klorofil a seperti pada tumbuhan . Cyanobacteria dapat berupa uniseluler atau multiseluler berdinding sel tebal dan mengandung gelatin, serta memiliki sel -sel khusus misalnya, heterokista, akinet, dan baeosit. Sebagian besar Cyanobacteria tidak berflagela, tetapi bersifat moril dengan pergerakan yang dilakukan dengan cara meluncur. Sebagian besar Cyanobacteria hidup bebas di air tawar, dan beberapa jenis hidup di air laut. selain itu, ada yang bersimbiosis dengan jamur membentuk liken disebut cyanolichen. Contoh Cyanobateria adalah Anabaena sp. yang dapat mengikat nitrogen bebas di udara. 4. Spirochaeta Spirochaeta berbentuk heliks panjang hingga 0,25 mm dan dapat bergerak. Spirochaeta ada yang hidup bebas dan ada pula yang parasit. Contohnya, Treponema pallidum, Leptospira interrogans penyebab penyakit leptospirosis, dan Borrelia burgdorferi penyebab penyakit lyme atau lepuh kulit. 5. Chlamydia Chlamydia ini berbeda dengan Eubacteria lainnya karena tidak memiliki peptidoglikan pada dinding selnya. Chlamydia bersifat Gram negatif dan hidup sebagai parasit obligat parasit penuh di dalam sel hewan atau manusia. Contohnya, Chlamydia trachomatis. PERANAN BAKTERI DALAM KEHIDUPAN MANUSIA A. Bakteri yang menguntungkan Bakteri yang menguntungkan, antara lain bakteri yang berperan sebagai pengurai bangkai dan sampah, membantu pencernaan makanan, berperan dalam industri makanan, penghasil antibiotik, dan bakteri yang dapat membunuh serangga hama. Bakteri yang menguntungkan ini telah banyak dikembangbiakkan untuk tujuan komersial. Bakteri yang Merugikan Bakteri yang merugikan, antara lain bakteri yang membusukkan bahan-bahan makanan, menghasilkan racun, bersifat parasit dan patogen pada manusia, hewan ternak, maupun tanaman budi daya. USAHA MANUSIA DALAM MENANGGULANGI BAHAYA BAKTERI Bakteri dapat hidup di mana saja dan berkembang biak dengan cepat. Beberapa bakteri tersebut bersifat merugikan bagi manusia. dengan memahami sifat-sifat bakteri, manusia dapat melindungi diri dari bahaya bakteri melalui upaya sebagai berikut. A. Sterilisasi Sterilisasi adalah cara membebaskan suatu medium, alat atau ruangan dari bakteri dan mikroorganisme lainnya. Sterilisasi biasanya dilakukan untuk mensterilkan peralatan, pakaian, dan ruangan operasi agar pasien tidak terkena infeksi. Sterilisasi ruangan dapat dilakukan menggunakan disinfektan, misalnya karbol, sedangkan sterilisasi alat dilakukan melalui pemanasan dengan autoklaf. B. Melindungi Tubuh dari Bahaya Bakteri Disekitar kita, terdapat bakteri yang dapat menyebabkan penyakit. Oleh karena itu, kita harus selalu berusaha agar bakteri patogen tersebut tidak masuk ke dalam tubuh. Usaha yang dapat dilakukan manusia agar terhindar dari bahaya serangan bakteri, antara lain sebagai berikut. Menjaga agar tubuh memiliki sistem kekebalan yang kuat, yaitu dengan cara mengkomsumsi makanan yang bergizi dengan jumlah yang sistem kekebalan tubuh dengan imunisasi atau vaksinasi terutama terhadap bakteri penyebab penyakit tertentu, misalnya vaksin DPT diphteria pertusis tetanus untuk penyakit difteri, batuk rejan, dan tetanus; vaksin BCG bacillus calmet guirine untuk penyakit TBC; dan vaksin TCD typhus cholera dysentri untuk penyakit tifus, kolera, dan disentriselalu menjaga kebersihan badan, mencuci tangan menggunakan sabun, menggosok gigi secara teratur, berolahraga, serta beristrahat cukup dan berkualitas. C. Pengolahan dan Teknologi pengawetan Makanan Makanan dapat diawetkan dengan berbagai macam cara, sesuai dengan bentuk, struktur, dan jenis bahan pangan, antara lain dengan pemanasan, pengeringan, pendinginan, penambahan bahan kimia zat pengawet, sistem kemasan, sistem fermentasi, dan radiasi. a. Pemanasan Pemanasan makanan secara sederhana biasa dilakukan dengan tujuan membunuh kuman penyakit, mencegah pembusukan yang disebabkan oleh mikroorganisme, dan menambah selera makan. Sitem pemanasan dibedakan menjadi dua macam, yaitu pasteurisasi dan sterilisasi. Pasteurisasi adalah pemanasan dengan suhu ±700C secara berulang-ulang sehingga tidak merusak bahan makanan tetapi dapat mematikan mikroorganisme patogen, contohnya pasteurisasi susu. Sterilisasi adalah pemanasan sampai mendidih atau hingga suhu mencapai lebih dari 1000C, dengan tujuan mematikan semua mikroorganisme beserta sporanya. Sterilisasi lebih sering digunakan pada alat-alat laboratorium menggunakan autoklaf. Pemanasan dengan autoklaf dilakukan pada suhu 1210C selama 15-20 menit. Peralatan yang terbuat dari gelas juga dapat disterilisasi menggunakan oven pada suhu 160 – 1700C selama 2-3 jam. b. Pengeringan Prinsip dasar dari pengeringan adalah dehidrasi pengeluaran air dari bahan makanan. pengeringan secara tradisional dilakukan dengan cara menjemur di bawah panas matahari, misalnya dalam pembuatan ikan asin, kerupuk dan garam. Selain itu, pengeringan juga dapat dilakukan dengan bantuan api, misalnya pengasapan, sistem oven, dan pemanggangan. c. Pendinginan pembekuan Pendinginan adalah penyimpanan bahan makanan pada suhu rendah atau mencapai titik beku menggunakan lemari es atau cold storage. Pendinginan menyebabkan mikroorganisme menjadi tidak aktif, sehingga bahan makanan dapat disimpan lebih lama. d. Penambahan Bahan Kimia Zat pengawet Penambahan bahan kimia zat pengawet bertujuan untuk mencegah pertumbuhan bakteri. Zat pengawet terdiri atas senyawa organik dan anorganik dalam bentuk asam maupun garam. Bahan pengawet organik, anatara lain gula, asam sorbat, asam propionat, asam benzoat, dan asam asetat asam cuka. Bahan pengawet anorganik, anata lain garam dapur NaCl, sulfit, natrium nitrit, dan natrium nitrat. Penggunaan formalin untuk pengawet makanan sangat dilarang. Saat ini, digunkan kitosan sebagai penggantinya. Kitosan dibuat dari limbah pengolahan kulit udang dan rajungan. Beberapa jenis bumbu dapur, misalnya bawang putih, cengkih, kunyit, jahe, dan lada hitam, sealain dapat meningkatkan cita rasa makanan, sebagai obat, dan antioksidan, juga dapat menghambat pertumbuhan bakteri tertentu. Fermentasi bahan makanan dilakukan denganmenambahkan bakteri atau jamur fermentasi, misalnya Saccharomyces sp. pada pembuatan tapai dan minuman beralkohol. Makanan atau minuman hasil fermentasi alkohol dan fermentasi asam laktat akan lebih awet selama wadah tertutup. e. Sistem Kemasan Kemasan makanan dapat berupa botol, kaleng, plastik, dan kertas berlapis aluminium. Tujuannya adalah agar makanan terbebas dari kontaminasi mikroorganisme dan udara luar. Jika membeli makanan dalam kemasan, kita perlu memperhatikan keutuhan wadah dan masa berlaku masa kadaluwarsa dari makanan tersebut. f. Iradiasi Penyinaran dengan foton partikel cahaya yang berasal dari zat radioaktif, misalnya sinar gamma, dapat mematikan mikroorganisme pembusuk dan patogen. Iradiasi dapat dilakukan terhadap bahan makanan mentah maupun makanan/minuman instan dalam kemasan. Akan tetapi, iradiasi juga dapat menimbulkan risiko seperti mutasi pada mikroorganisme, menyebabkan terjadinya ionisasi, dan timbulnya radikal bebas pada bahan makanan.

bagaimana cara cyanobacteria memperoleh makanannya